PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG TERJADI DI INDUSTRI



Mata  Kuliah       :  KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Dosen                    :  Zaenab, SKM.,M.Kes

---

 PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG TERJADI DI INDUSTRI
(PENYAKIT PNEUMOKONIOSIS)






ARINI ANGGRIANI                                   PO.71.4.221.15.1.049

D-IV/II.B


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
2016-2017





KATA PENGANTAR

                   Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya penyusunan Makalah ini.
                   Harapan penulis makalah ini dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang Penyakit Akibat Kerja. Penulis berusaha menyajikan makalah ini dalam bentuk sederhana agar dapat dimengerti, diketahui, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca.
                   Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif sangat dibutuhkan agar menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.


                                                                                   

MAKASSAR, 21 November 2016


PENULIS      








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................  

DAFTAR ISI ................................................................................................  

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Devinisi Penyakit Pneumokoniosis.....................................................
B.Diognosis Pneumokoniosis...................................................................
C.Jenis-Jenis, Penyebab, dan Gejala Pneumokoniosis.............................
D.Faktor Resiko Lain Yang Menyebabkan Pneumokoniosis...................
E.Upaya Pengendalian Pneumokoniosis..................................................
F.Upaya Pengobatan Pneumokoniosis ....................................................  
G. Metode Dasar Penelitian.....................................................................

BAB III HASIL
A. Hasil Penelitian....................................................................................
B.Pembahasan..........................................................................................

BAB IV PENUTUP
A.Kesimupulan ........................................................................................  
B. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang disebabkan oleh  pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penyakit pneumokoniosis ?
2.      Bagaimana diagnosa dari penyakit pneumokoniosis ?
3.      Apa saja jenis-jenis, penyebab dan gejala dari penyakit pneumokonoisis ?
4.      Apa saja faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit pneumokoniosis ?
5.      Bagaimana upaya pengendalian penyakit pneumokoniosis ?
6.      Bagaimana upaya pengobatan penyakit pneumokoniosis
7.      Metode penelitian apa yang cocok pada kasus penyakit tersebut ?
  1. Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit pneumokoniosis.
2.      Mengetahui bagaimana diagnosa dari penyakit pneumokoniosis.
3.      Mengetahui apa saja jenis-jenis, penyebab dan gejala dari penyakit pneumokonoisis.
4.      Mengetahui apa saja faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit pneumokoniosis.
5.      Mengetahui bagaimana upaya pengendalian penyakit pneumokoniosis.
6.      Mengetahui bagaimana upaya pengobatan penyakit pneumokoniosis.

BAB II
Kajian Pustaka
  1. Definisi
Istilah pneumokoniosis berasal dari bahasa yunani yaitu “pneumo” berarti paru dan “konis” berarti debu. Terminologi pneumokoniosis pertama kali digunakan untuk menggambarkan penyakit paru yang berhubungan dengan inhalasi debu mineral. Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai keadaan berikut:
  1. Kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika (silikosis), asbes (asbestosis) dan timah (stannosis)
  2. Kelainan yang terjadi akibat pekerjaan seperti pneumokoniosis batubara
  3. Kelainan yang ditimbulkan oleh debu organik seperti kapas (bisinosis)
Istilah pneumokoniosis seringkali hanya dihubungkan dengan inhalasi debu anorganik. Definisi pneumokoniosis adalah deposisi debu di dalam paru dan terjadinya reaksi jaringan paru akibat deposisi debu tersebut.
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan pneumokoniosis sebagai suatu kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru yang menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Reaksi utama akibat pajanan debu di paru adalah fibrosis (Susanto, 2011). Fibrosis adalah pembentukan struktur seperti skar yang halus yang menyebabkan jaringan mengeras dan mengurangi aliran cairan melalui jaringan-jaringan.
Istilah pneumokoniosis ini dibatasi pada kelainan reaksi non-neoplasma akibat debu tanpa memasukkan asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan pneumonitis hipersensitif walaupun kelainan tersebut dapat terjadi akibat pajanan debu dalam jangka lama. Pneumoconiosis adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan karena menghirup berbagai partikel debu, khususnya ditempat kerja industri, untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu juga dikatakan penyakit paru kerja, yang merupakan bagian tertentu dari penyakit terkait kerja, yang terkait terutama untuk yang terkena zat berbahaya.
  1. Diagnosis Pneumokoniosis
Diagnosis pneumokoniosis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala klinis. Ada tiga kriteria mayor yang dapat membantu untuk diagnosis pneumokoniosis.
  1. Pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang dicurigai dapat menyebabkan pneumokoniosis dan disertai dengan periode laten yang mendukung. Oleh karena itu, diperlukan anamnesis yang teliti mengenai kadar debu di lingkungan kerja, lama pajanan dan penggunaan alat pelindung diri serta kadang diperlukan pemeriksaan kadar debu di lingkungan kerja. Gejala seringkali timbul sebelum kelainan radiologis seperti batuk produktif yang menetap dan atau sesak napas saat aktivitas yang mungkin timbul 10-20 tahun setelah pajanan.
  2. Gambaran spesifik penyakit terutama pada kelainan radiologi dapat membantu menentukan jenis pneumokoniosis. Gejala dan tanda gangguan respirasi serta abnormalitas faal paru sering ditemukan pada pneumokoniosis tetapi tidak spesifik untuk mendiagnosis pneumokoniosis.
  3. Tidak dapat dibuktikan ada penyakit lain yang menyerupai pneumokoniosis. Pneumokoniosis kemungkinan mirip dengan penyakit interstisial paru difus seperti sarkoidosis, idiophatic pulmonary fibrosis (IPF) atau interstitial lung disease (ILD) yang berhubungan dengan penyakit kolagen vascular. Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu dalam diagnosis pneumokoniosis yaitu pemeriksaan radiologi, pemeriksaan faal paru dan analisis debu penyebab. (Susanto, 2011)
  1. Jenis-jenis, Penyebab dan Gejala Pneumokoniosis
1.      Jenis-jenis Pneumokoniosis dan Penyebabnya
Penamaan pneumokoniosis tergantung pada debu penyebabnya, pajanan asbes menyebabkan asbestosis, debu silika berhubungan dengan silikosis, debu batubara menyebabkan pneumokoniosis batubara dan lain-lain.
Adapun beberapa jenis umum dari pneumokoniasis adalah:
a.       Coal Workers Pneumoconiasis (Pneumokoniosis Pekerja Batubara)
Juga dikenal sebagai penyakit paru-paru hitam, hal ini disebabkan karena sedang terkena partikel karbon dari batubara, lampu hitam, atau grafit untuk jangka waktu lama, dan biasanya terjadi antara penambang batu bara dan orang-orang yang menangani batubara. Hal ini mirip dengan efek merokok untuk jangka panjang silikosis waktu dan juga, disebabkan oleh menghirup debu silika.. Ketika debu batu bara yang dihirup untuk jangka waktu yang lama, itu menumpuk di paru-paru, dimana tubuh tidak mampu menghapus. Hal ini menyebabkan radang paru-paru, yang kemudian mengakibatkan fibrosis bersama dengan lesi nodular terbentuk di paru-paru, dan akhirnya, pusat-pusat lesi ini bahkan dapat menjadi nekrotik karena iskemia,menyebabkan rongga ukuran besar di paru-paru. 
Meskipun awalnya, ini jenis pneumokoniosis mungkin terjadi di dalamnya bentuk ringan, disebut sebagai anthracosis, yang biasanya tanpa gejala, dan terjadi antara orang-orang yang mendiami daerah perkotaan karena polusi udara, namun bentuk yang lebih serius pneumokoniosis pekerja batubara, seperti 'pneumokoniosis serta pekerja batubara rumit' sederhana pneumokoniosis pekerja batubara terjadi ketika seseorang terkena sejumlah besar karbon atau debu batu bara. 
Karena tingkat penurunan debu di tambang batubara bawah tanah serta peningkatan pertambangan opencast telah mengakibatkan penurunan pneumokoniosis pekerja batubara.
b.      Asbestosis
Hal ini disebabkan karena inhalasi mineral berserat yang terbuat dari asbes. Paparan dimulai dengan baggers, yang menangani asbes dengan mengumpulkan mereka dan kemasan mereka, untuk pekerja yang membuat produk dari mereka seperti bahan isolasi, semen, dan ubin, dan orang-orang bekerja di industri perkapalan, dan pekerja konstruksi.. Biasanya diperlukan waktu sekitar 20 tahun, atau lebih, untuk gejala pneumokoniosis asbes untuk mewujudkan itu sendiri. Dan gambar di bawah in adalah contoh absestosis.
c.       Silicosis
Pneumokoniosis jenis ini terjadi pada orang yang menangani silika, umumnya kuarsa, yang ditemukan dalam batu pasir, pasir, granit, batu tulis, beberapa jenis tanah liat, dan sebagainya.. Orang-orang yang memiliki jumlah yang paling terkena silika adalah mereka yang membuat produk gelas dan keramik, pekerja tambang, pekerja pengecoran, pabrik silika, pembangun terowongan, penambang, dan sandblasters. Silikosis mengakibatkan fibrosis dalam paru-paru, yang semakin meningkat, dan merusak fungsi paru-paru.. Hal ini diperburuk pada orang yang merokok. Di bawah ini adalah contoh gambar orang yang terkena silikosis.
d.      Pneumokoniosis Jinak
Adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya sejumlah debu di dalam paru-paru yang sifatnya jinak. Debu yang terhirup adalah debu di udara yang pada proses inhalasi tertahan di paru-paru. Jumlah debu yang tertimbun tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang terhirup, volume udara yang terhirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya. Pernafasan yang dalam dan lambat, cenderungakan mengendapkan lebih banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenisnya dan lokasinya bervariasi tergantung jenis debunya.
2.      Gejala Pneumokoniosis
Gejala sering kali timbul sebelum kelainan radiologis seperti : batuk produktif yang menetap dan sesak nafas saat beraktifitas (Susanto, 2011).
  1. Faktor Resiko Lain yang Menyebabkan Pneumokoniosis
§  Allergen (serbuk, debu, kulit, dan jamur)
§  Stress emosional
§  Aktivitas fisik yang berlebihan
§  Polusi udara
§  Infeksi saluran nafas
§  Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan
  1. Upaya Pengendalian Pneumokoniosis
Pneumokoniosis dapat dicegah dengan menghindari debu pada lingkungan kerja. Pekerja harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debunya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.
Regulasi dalam pekerjaan dan kontrol pajanan debu telah dilakukan sejak lama terutama di negara industri dan terus dilakukan dengan perbaikan-perbaikan. Pada bentuk pneumokoniosis subakut dengan manfaat yang didapat untuk efek jangka panjangnya terutama jika bahan penyebab masih ada di paru. Menjaga kesehatan dapat dilakukan seperti
a)      Berhenti merokok
b)      Pengobatan adekuat dilakukan bila dicurigai terdapat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
c)      Gunakan APD seperti Masker
d)     Pencegahan infeksi dengan vaksinasi dapat dipertimbangkan
  1. Upaya Pengobatan Pneumokoniosis
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan pernapasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.
  1. Metode Dasar Penelitian
1.      Case Control : Mempelajari hubungan antara penyebab dan penyakit dengan membedakan kelompok kasus dan control.
Ciri-Ciri Penelitian Case Control
Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control
o   Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif
o   Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok control
o   Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat
o   Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistic
o   Kelebihan dan Kekurangan dari Penelitian Case Control
Kelebihan Dan Kekurangan Dari Penelitian Case Control
Kelebihan :
o   Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan
o   Hasil cepat, ekonomis
o   Subjek penelitian bisa lebih sedikit
o   Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan denganpenyakit
o   Kesimpulan korelasi kurang baik, karena ada pembatasan dan pengendalian faktor risiko
o   Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
o   Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
Kekurangan :
o   Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,
o   Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan
o   Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan. 

2.      Kohort/Prospektif : Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit.
Rancangan penelitian kohort dibedakan menjadi kohort prospektif dan kohort retrosfektif :
-          Kohort Prospektif :  Rancangan penelitian kohort prospektif apa bila paparan atau faktor risiko diukur pada wal penelitian, kemudian di follow up untuk mengetahui efek dari paparan dimasa datang. Lamanya follow up berdasarkan perkiraan lamanya efek akan terjadi. Biasanya penelitian ini dilakukan bertahun-tahun.
-          Kohort Retrosfektif : Pada rancangan penelitian kohort retrospektif faktor risiko dan efek/penyakit sudah terjadi dimasa lampau sebelum dilakukan penelitian. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut.
Ciri-Ciri Penelitian Kohort
Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome yang diamati atau tidak. Bisa bersifat retrospektif atau prospektif .
Karakteristik Penelitian Kohort
·         Bersifat observasional
·         Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
·         Disebut sebagai studi insidens
·         Terdapat kelompok control
·         Terdapat hipotesis spesifik
·         Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
·         Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
Kelebihan Dan Kekurangan Dari Penelitian Kohort
Kelebihan :
o   Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
o   Dapat menghitung laju insidensi
o   Untuk meneliti paparan langkah
o   Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
Kekurangan :
o   Lebih mahal dan butuh waktu lama
o   Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
o   Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
o   Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah ataumeninggal
o   Rawan terhadap bias

3.      Cross Sectional : Mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat.
CIRI-CIRI
o   Mendeskripsikan penelitian
o   Penelitian ini tdk terdapat kelompok pembanding
o   Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat
o   Penelitian ini m,menghasilkan hipotesis
o   Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis

KELEBIHAN
o   Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
o   Berguna untuk informasi perencanaan
o   Untuk mengamati kemungkinan hub berbagai variabel  yg ada. Dapat meneliti sekaligus banyak variable
o   Terutama: memungkinkan penggunaan populasi masyarakat umum, tdk hanya yg berobat, hingga generalisasinya cukup memadai
o   Relatif mudah, murah, cepat
o   Dpt dimasukkan ke dalam tahapan pertama studi kohort/eksperimen, tanpa/ sedikit sekali menambah biaya

KEKURANGAN
o   Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan berjalannya waktu.
o   Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yg dicari tdk diperoleh
o   Sulit menentukan sebab akibat (temporal relationship tdk jelas)
o   Menjaring subyek yang durasi sakit panjang (prevalens), bila cepat sembuh/ meninggal sulit ditentukan
o   Subjek besar, terutama bila varaibel banyak
o   Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens,  prognosis
o   Tidak praktis utk kasus yg sangat jarang
o   Mungkin terjadi bias prevalens / inseidens

















BAB III
Hasil
  1. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dan wawancara, ternyata di Industri PT. SEMEN TONASA terdapat beberapa kasus penyakit yang sering terjadi kepada pekerjanya, salah satunya penyakit Pneumokoniosis.

  1. Pembahasan

Istilah pneumokoniosis ini dibatasi pada kelainan reaksi non-neoplasma akibat debu tanpa memasukkan asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan pneumonitis hipersensitif walaupun kelainan tersebut dapat terjadi akibat pajanan debu dalam jangka lama. 
Pneumoconiosis adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan karena menghirup berbagai partikel debu, khususnya ditempat kerja industri, untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu juga dikatakan penyakit paru kerja, yang merupakan bagian tertentu dari penyakit terkait kerja, yang terkait terutama untuk yang terkena zat berbahaya.


 


Contoh  penyakit Pneumokoniosis
Terminologi pneumokoniosis pertama kali digunakan untuk menggambarkan penyakit paru yang berhubungan dengan inhalasi debu mineral. Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai keadaan berikut:
  1. Kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika (silikosis), asbes (asbestosis) dan timah (stannosis)
  2. Kelainan yang terjadi akibat pekerjaan seperti pneumokoniosis batubara
  3. Kelainan yang ditimbulkan oleh debu organik seperti kapas (bisinosis)
Faktor utama yang berperan pada patogenesis pneumokoniosis adalah partikel debu dan respons tubuh khususnya saluran napas terhadap partikel debu tersebut. Universitas Sumatera Utara Komposisi kimia, sifat fisis, dosis dan lama pajanan menentukan dapat atau mudah tidaknya terjadi pneumokoniosis.
Patogenesis pneumokoniosis dimulai dari respons makrofag alveolar terhadap debu yang masuk ke unit respirasi paru. Terjadi fagositosis debu oleh makrofag dan proses selanjutnya sangat tergantung pada sifat toksisitas partikel debu. Reaksi jaringan terhadap debu bervariasi menurut aktivitas biologi debu. Jika pajanan terhadap debu anorganik cukup lama maka timbul reaksi inflamasi awal. Gambaran utama inflamasi ini adalah pengumpulan sel di saluran napas bawah. Alveolitis dapat melibatkan bronkiolus bahkan saluran napas besar karena dapat menimbulkan luka dan fibrosis pada unit alveolar yang secara klinis tidak diketahui. Sebagian debu seperti debu batubara tampak relatif inert dan menumpuk dalam jumlah relatif banyak di paru dengan reaksi jaringan yang minimal. Debu inert akan tetap berada di makrofag sampai terjadi kematian oleh makrofag karena umurnya, selanjutnya debu akan keluar dan difagositosis lagi oleh makrofag lainnya, makrofag dengan debu di dalamnya dapat bermigrasi ke jaringan limfoid atau ke bronkiolus dan dikeluarkan melalui saluran napas. Pada debu yang bersifat sitoktoksik, partikel debu yang difagositosis makrofag akan menyebabkan kehancuran makrofag tersebut yang diikuti dengan fibrositosis.         
Dalam kasus penyakit ini, metode penelitian yang cocok digunakan yaitu Case Control karena  mempelajari hubungan antara penyebab dan penyakit dengan membedakan kelompok kasus dan control.













BAB IV
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
Seperti yag kita ketahui Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh deposisi debu di dalam paru dan reaksi jaringan paru akibat pajanan debu tersebut. Reaksi utama akibat pajanan debu di paru adalah fibrosis.

  1. Saran
Diharapkan kepada seluruh pembaca makalah ini agar kiranya dapat menambah wawasan pengetahuan serta dapat mengaplikasikkannya mengenai dampak/akibat
\Penyakit Akibat Kerja yakni Penyakit Pneumokoniosis  dan dapat menjaga kesehatannya agar bisa terhindar dengan penyakit tersebut akibat kecelakaan kerja.























DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, S. 2013. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38588/4/ Chapter%20II.pdf, diakses pada minggu, 06 September 2015.
Wulandari, Ika. 2013. Karya Tulisku. http://risalika15maret.blogspot.co.id/2013/ 01/karya-tulisku_31.html, diakses pada minggu, 06 September 2015.
Fatikhah, Viena. 2013. Pneumokoniosis. http://roseviena.blogspot.co.id/2013/04/pneumokoniosis.html, diakses pada minggu, 06 September  2015.
Widyastuti, Desy. 2013. Askep Pneumokoniasis. http://widyastutidesy.blogspot. co.id/2013/06/askep-pneumokoniasis.html, diakses pada minggu, 06 September 2015.
http://minalryota.blogspot.co.id/2016/04/makalah-penyakit-akibat-kerja.html




Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal PMM-A

PROPOSAL ENGOLAHAN DAN PENGAWETAN MAKANAN DENGAN CARA DEHIDRASI

LAPORAN PEMERIKSAAN LOGAM-LOGAM BERAT PADA MAKANAN